Tingkat okupansi ritel Jakarta turun menjadi 71,2% pada Q3 | Real Estate Asia
, Indonesia

Tingkat okupansi ritel Jakarta turun menjadi 71,2% pada Q3

Persentase ini merupakan penurunan sekitar 7% dari awal pandemi pada Q2 2020.

Okupansi ritel di Jakarta telah mengalami kecenderungan penurunan selama 18 bulan. Menurut Colliers, ruang kosong meningkat disebabkan melemahnya kegiatan bisnis, dengan akibat banyak pengusaha ritel memutuskan untuk menutup toko. Di Jakarta, tingkat okupansi rata-rata tercatat 71,2% pada 3Q21, turun sekitar 7% sejak 2Q20, ketika pandemi diumumkan.

“Di wilayah Bodetabek, tingkat okupansi rata-rata adalah 70,8% pada 3Q21, turun sekitar 7% dibandingkan dengan 2Q20. Prospek okupansi mungkin tidak terlihat baik dalam jangka pendek, terutama ketika sifat pandemi yang tidak menentu sejauh ini dipertimbangkan, dan pasokan yang diproyeksikan mendatang juga akan menambah tekanan. Kami berharap bahwa penyewa dengan komitmen leasing dapat setidaknya mempertahankan atau mengangkat tingkat okupansi dalam tiga bulan ke depan,” tambah Colliers.

Informasi lebih banyak dari Colliers:

Pasokan

Eskalasi dalam kasus Covid-19 pada Juli-Agustus 2021 memberi tekanan pada pasar ritel, termasuk jadwal pembukaan mal. Di Jakarta, pengembang Aeon Mall Tanjung Barat sedang menunggu waktu yang tepat untuk membuka. Pembangunan mal yang lainnya pada masa depan sedang berlangsung, meskipun dengan kecepatan yang lebih lambat. Tanpa mal baru yang diselesaikan dalam 3Q, total ruang ritel tetap di 4,86 juta meter persegi.

Sementara itu, proyek perluasan Margo City menambahkan pasokan tambahan ke pasar ritel di wilayah Jakarta yang lebih besar pada tahun 2021, menjadikan total ruang ritel di wilayah Bodetabek menjadi 2,84 juta meter persegi. Dua pusat perbelanjaan baru akan menambah inventaris pada akhir 2021.

Harga sewa rata-rata

Tuan tanah menjaga harga sewa tetap stabil untuk menjaga pengusaha ritel tetap di tempat. Pendekatan yang digunakan untuk mempertahankan penyewa, selain membebankan biaya sewa tetap, adalah dengan menawarkan skema bagi hasil.

Selama 3Q, harga sewa rata-rata berada di IDR 567.007 di wilayah Jakarta. Angka ini relatif stabil setelah sedikit peningkatan 2Q21, yang utamanya disebabkan oleh pengoperasian mal baru dengan tingkat yang lebih tinggi. Demikian pula, di wilayah Bodetabek, sebuah mal yang baru beroperasi membawa harga sewa rata-ratanya ke IDR 384.121 untuk kuartal tersebut, naik sedikitnya 0,8% QOQ.

Sewa baik di Jakarta dan Bodetabek cenderung tetap relatif stabil untuk sisa tahun 2021. Prospek ritel akan sangat tergantung pada lalu lintas yang diizinkan masuk ke mal. Vaksinasi akan menjadi salah satu katalis untuk memulihkan kerumunan dan meningkatkan volume penjualan, agar tuan tanah mulai mempertimbangkan penyesuaian sewa.

Biaya layanan telah cukup stabil sepanjang tahun 2021. Selama 3Q, tarif biaya layanan adalah IDR 149.199 di Jakarta, dan IDR 117.760 di wilayah Bodetabek.

 

Follow the links for more news on

Sewa apartemen di Jakarta akan tumbuh hingga 3% dalam tiga tahun mendatang

Hal ini disebabkan oleh pasokan apartemen service kelas atas baru yang akan datang.

Apa yang bisa mendorong tingkat okupansi mal di Jakarta dalam waktu dekat?

Ada keinginan nyata bagi peritel untuk membuka toko baru.

Tingkat penggunaan apartemen di Jakarta diperkirakan tetap sebesar 88% di Q4

Pasar apartemen diperkirakan akan terus mengalami performa yang lesu.

Jakarta akan melihat dua proyek apartemen baru pada akhir tahun

Kota ini saat ini memiliki pasokan lebih dari 225.

Pasokan kamar hotel di Bali sekarang hampir 60.000

Ini merupakan penurunan 0,8% dari tingkat pasokan pada 2019.

Berikut rundown kinerja pasar hotel di Jakarta

Setidaknya lima hotel dijadwalkan dibuka pada akhir 2023.

Ini adalah proyek perumahan utama yang baru saja selesai di Jakarta

Ada satu kondominium mewah dan dua apartemen service baru.

Sewa kantor di Jakarta diperkirakan akan terus mengalami penurunan dalam 12 bulan mendatang.

Namun, penurunannya diperkirakan akan berlangsung dengan kecepatan yang lebih lambat.